Dawuh-dawuh mbah Hasyim Sholih Mayak
Nasehat
º Para
ulama’ dan hamba-hamba-Nya yang sholih adalah simpanan yang berharga dan
keberuntungan bagi siapa saja yang mendapatkan siraman ruhani dari mereka.
Nasehat-nasehat dari pribadi-pribadi pilihan Alloh inilah yang selalu
diharapkan.
º Pada
bagian ini, akan disuguhkan nasehat-nasehat dari Mbah Hasyim. Perjalanan hidup
seorang ulama selalu terkandung kisah hidup yang patut diteladani. Perkataan
dan perbuatan hamba-hamba yang sholih adalah teladan bagi mereka yang mendambakan
keridhaan Allah.
º
Santri
º “Nek
dadi pengurus, ojo rumongso dadi pengurus, rumongsoho dadi santri,” nasehat
Mbah Hasyim kepada kang Kasmuji (santri) pada suatu kesempatan.
º Dalam
suatu kesempatan lain, Mbah Hasyim pernah memberi nasehat kepada santri-santrinya,
bahwa santri tidak perlu puasa senin-kamis, yang penting kita tekun dalam
belajar.
º “Cah pondok ora tak wajibne apal / ngamalne Dzikrul
Ghofilin. Tapi nek iso apal, iku ono nilai pluse,” pesan Mbah Hasyim.
º Mbah
Hasyim sering memberi nasehat, “Dadi santri ojo gumunan!”. Nasehat Mbah Hasyim,
”Ojo wedian, ojo gumunan, ojo kagetan” ternyata juga ditemukan dalam suatu
tulisan di prabon (makam) Presiden Soeharto. Jadi, nasehat tersebut termasuk
salah satu pepatah Jawa.
º “Dadi
santri, kudu siap dadi serbe’te masyarakat,” nasehat Mbah Hasyim lagi.
Dikandung maksud, bahwa seorang santri harus siap menjadi abdi masyarakat dalam
menegakkan ajaran ilahi.
º Diantara
pesan lain Mbah Hasyim kepada santrinya adalah agar betul-betul melaksanakan 3
hal ; 1) Jamaah sholat 2) mentaati peraturan 3) tadarus Qur’an. Pada ketiga hal
itulah, dungone Yai dilumpokne. Berkaitan dengan hal tersebut, Mbah
Hasyim pernah mengatakan, “Dianggep santriku nek manut karo aku.” Mbah Hasyim
tidak suka (menghendaki) santri yang banyak, tetapi…
º Mbah
Hasyim sangat senang sekali apabila santri-santrinya tidak menjadi
buruh/pegawai, tetapi justru menciptakan lapangan pekerjaan, اليد العليا. Mbah Hasyim sangat tidak senang apabila
kita menggantungkan diri kepada orang lain dalam hal urusan ekonomi. Jadilah
orang yang mampu mendatangkan karyawan, dan janganlah menjadi karyawan. Setelah
lulus dari sekolah MA, Gus Sami’ berniat untuk kuliah. Saat mengutarakan
niatnya tadi kepada ayahnya, jawab Mbah Hasyim, “Nek awakmu arep kuliah, terus
dadi PNS, pek-pek en dewe, aku ora njaluk. Goleko biaya dewe’, aku moh mbiayai.
Tapi nek awakmu mondok, ora ke’tang gre’sek-gresek, tak iwangi.”
º Suatu
malam, kang Jalal dipanggil ke dhalem untuk mijeti Mbah Hasyim.
Ketika datang menghadap Mbah Hasyim, kang Jalal sambil membawa kitab Arba’in
Nawawi. Di tengah-tengah mijeti tadi, kang Jalal di tes oleh
Mbah Hasyim agar membacakan hadis dalam kitab Arba’in Nawawi tadi, yaitu hadis اذالم تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Berkaitan dengan
kandungan hadis tersebut, Mbah Hasyim menjelaskan, “Nek awakmu ora isin,
lakonono opo sing mbok karepne’.” ucap Mbah Hasyim.
º Kepada
Pak Taufik Hasan Pacitan, Mbah Hasyim mengingatkan:
-
Agar mengamalkan Dzikrul
Ghofilin. “Kowe’ kudu nggolek 40 andalan. Lha awakmu, nggolek siji wae, sak
umur uripmu ora bakal iso. Mulakno, amalno Dzikrul Ghafilin.”
-
“Arep nglakoni keapikan opo wae,
supoyo tawassul.”
-
Ngamalno opo-opo, gak usah ngurusi
atimu, engko lak diopeni Gusti Allah.”
º Mbah
Hasyim pernah menasehati Pak Rohmat Blitar, “Wong iku koyok Janoko ke lho.
Dlendem-dlendem, tapi duwe bojo neh.” Ini sebatas
kiasan dari Mbah Hasyim. Maksudnya adalah, “Tidak usah banyak omong, sing
penting meneng-meneng, tapi hasile/wujude nyoto!”
º Saat
masih mondok di Mayak, kang Sugeng Blitar pernah mengalami
kondisi was-was dalam berwudhu, sholat maupun ibadah lainnya. Ketika berwudhu
dan kemudian terkena cipratan air wudhu orang disebelahnya, telah membuatnya
ragu-ragu. Ketika sholat di masjid, ia merasakan kalau di masjid banyak
najisnya. Perasaan seperti itu terus menghantui dalam langkah kang
Sugeng. Usaha bertanya kepada para guru (seperti Pak Rohmat) pun ia lakukan,
tetapi belum menemukan solusinya.
Lalu sowanlah
kang Sugeng ke Mbah Hasyim. Mendengar semua keluhan kang Sugeng
tadi, jawab Mbah Hasyim, “Surgo iku mahal sekali. Mbok menungso iku wiwit lahir
sampek mati sholat terus, ngono mau urung mesti mlebu surgo. Terus nyapo
sampean menyibukkan dengan perbuatan ngono kuwi.” Mbah Hasyim juga
mengibaratkan (mencontohkan), kalau sholat di emperan (halaman rumah),
asalkan tidak tampak najisnya, maka hukumanya sah (tidak apa-apa). Waktu itu,
Mbah Hasyim mencontohkan emperan tanah di depan rumah beliau. Intinya, Mbah
Hasyim memberi nasehat, bahwa manusia masuk surga bukan karena amalnya, tetapi
semata-mata karena rahmat Allah.
º Di
tengah-tengah mijeti Mbah Hasyim, kang Kasmuji mendapatkan
nasehat Mbah Hasyim, “Aurod (dzikir) opo wahe ojo dilakoni, cukup wirid Dzikrul
Ghofilin. Yakino neng Dzikrul Ghofilin, wis nyangkup kabeh. Aku wis ngonceki
neng kitab-kitab, kabeh mau wis kecangkup neng Dzikrul Ghofilin (ulama-ulama
yang ditawassuli maupun faedah-faedah bacaannya).
º Sebelum
sowan kepada Mbah Hasyim untuk minta izin kuliah, kang Kasmuji
mengkhatamkan Al-Qur’an 3 x selama 10 hari di masjid. Tujuannya, dengan berkah
Al-Qur’an hatinya supaya bersih, bisa menerima dhawuh Mbah Hasyim.
“Supoyo atiku resik nompo opo dawuhe Yai. Wedi nek keputusane Yai gak sesuai
karo keingananku, “gumamnya dalam hati.
Akhirnya, kang
Kasmuji sowan kepada Mbah Hasyim, menghaturkan niatnya untuk kuliah
sekaligus meminta izin. Selesai mendengar dan mengetahui maksud dan tujuan kang
Kasmuji, Mbah Hasyim menjawab, “Alhamdullilah kang, nek sampean pingin kuliah.
Nomor :
1.
Nek ra pingin belajar, kudu
ngajar.
2.
Neng pondok ora jaminan mlebu
surgo, neng kampus yo ora jaminan dadi sugih. Sing slamet, ojo diniati
neko-neko.
3.
Ojo melok demo, tak haramke melok
demo (alasan Mbah Hasyim, karena demo tidak sesuai dengan ajaran kitab Ta’lim
Muta’allim).”
º Ketika
akan menikah, Pak Din dan Pak Arba’i sowan ke dhalem, untuk meminta doa
dan restu Mbah Hasyim. Kepada keduanya, Mbah Hasyim berpesan, agar bertawassul
kepada Auliya’ yang ada dalam Dzikrul Ghofilin sebelum melakukan akad nikah.
Karena, para Auliya’ yang ditawassuli itulah yang akan hadir dan menjadi saat akad
nikah nanti.
Pondok
º Nasehat
Mbah Hasyim kepada Pak Thoyyib ketika menjadi pembimbing keamanan pondok
adalah, ”Santri nakal iku ojo digethingi, tapi didungakne!” (sama dengan
nasihat Mbah Hasyim).
º Diantara
pesan Mbah Hasyim untuk kegiatan ziarah makam (saat acara KBIH) adalah :
ü “
"تشفع
ü “Ora
seneng dunyo.”
ü “Ojo
mbathi (panitia jangan mencari keuntungan).”
º Diantara
pesan Mbah Hasyim kepada orang-orang yang terlibat di PPDH, baik pada kegiatan
manasik maupun lainnya adalah, “Acara-acara iku kanggo nitipno awak, ngibadah
dateng Allah.”
º Pesan Mbah Hasyim bagi ustadz
yang akan mengajar agar bertawasul setelah mengucapkan salam kepada para
peserta didik. Adapun
tawasulnya diniatkan untuk:
ü Madrasah
agar langgeng
ü Hidiyah
poro kekasihe
Gusti Allah
ü Para
pejuang madrasah
ü Warga awake dewe, khususe murid-murid
ü Mugo-mugo
ilmune
bermanfaat
º Mbah
Hasyim berpesan, bahwa sebelum mengajar guru wajib persiapan. Mbah Hasyim
menambahkan, bahwa Syaikh Ihsan Jampes yang sudah ‘alim (ma’rifat) saja,
sebelum berangkat mengajar sudah menelaah kitab yang akan diajarkan dan
ditambah lagi minimal sudah menelaah 5 kitab sebagai bahan keterangan. Adapun
bagi kita yang masih termasuk golongan awam, sudah barang tentu harus lebih
melakukan persiapan sebelum mengajar.
Masyarakat
Laron
Dzikrul Ghofilin dan Al-Fatihah
Hanya ibadah
Pak
Joko dan Pak Bachtiar
Pak
Tholib
Ziarah
º Bagi Mbah Hasyim dan ini juga termasuk pesannya, bahwa
hidup kita di dunia ini hanya untuk ibadah thok (saja), sedangkan dunia
nomor dua.
º Dalam
urusan keluarga, Mbah Hasyim berpesan agar bersikap hidup sederhana. Contohnya
dalam hal memasak, maka memasaklah secara sederhana, tidak berlebih-lebihan.
º Berkaitan
dengan mendidik anak (murid/santri), Mbah Hasyim pernah menyetir hadist :
من كان فى حاجة اخيه كان الله فى حاجته
“Sopo wonge sing memenuhi hajat
sedulure, mongko Gusti Allah bakal memenuhi hajate.”
Laron
º Saat
acara PWM, Mbah Hasyim pernah memberi mau’idhoh, “Laron iku nek topo yo
dadi gundiek, tapi nek pethok pandhangan diampiri, yo lare ilang.”
º “Hati itu ibarat lampu neon, semakin terang, maka semakin
banyak laron (nama serangga) yang datang. Begitu juga manusia, bila
hatinya bersih, maka orang pun akan berbondong-bondong mendatanginya. Makanya,
bila ingin menjadi manusia yang diperlukan/ berguna bagi orang banyak, maka
bersihkanlah hatimu, tidak perlu promosi,” nasehat Mbah Hasyim suatu ketika.
º Termasuk pula pesan Mbah Hasyim agar kita ; 1) Sabar, 2)
Manfaatkan waktu (isi waktu dengan kegiatan bermanfaat), 3) Dalam suatu majlis,
janganlah membicarakan aib orang lain dan 4) Berkaitan suatu hal yang rahasia,
hendaklah hanya diberitahukan kepada orang terbatas (mereka yang mampu menjaga
rahasia)
Dzikrul Ghofilin dan Al-Fatihah
º Mbah Hasyim mengingatkan, bahwa dalam melaksanakan
Dzikrul Ghofilin, diniati untuk ibadah saja. Dikandung maksud, janganlah
kegiatan ’ubudiyyah tercampuri oleh perkara-perkara dunia. Lagi pula,
seseorang yang mengabdikan diri pada jalan ilahi, maka segala urusan dunianya
akan terselesaikan.
º Pak Zaenal pernah diperintah Mbah Hasyim agar mengamalkan
membaca Al-Fatihah sebanyak-banyaknya. Apa yang dialami Pak Zaenal tadi sama
dengan pengalaman Mbah Hasyim ketika kenal dan akrab dengan Gus Miek. Ketika
kenal dengan Gus Miek pun, Mbah Hasyim juga diperintah Gus Miek untuk mengamalkan
membaca Al-Fatihah.
Hanya Ibadah
º Mbah Hasyim mengingatkan kita agar selalu mengerjakan
ibadah, apapun bentuknya. Mbah Hasyim memberi contoh, siapa tahu, kalau ibadah
kita yang diterima disisi Alloh adalah justru saat kita nyisihne pilangan (membuang sisa bungkus nasi waktu Simaan Al
Qur’an) ke tempat sampah.
º Diantara pesan Mbah Hasyim, “Awake dewe nek arep ngalor,
kudu genah alasane nek ditakoni Pengeran. Nek ora iso, yo ojo ngalor.”
º “Nek
pengen derajat dhuwur, dimusuhi / dinesoni wong ojo direken. Nek mbok re’ken,
berarti awakmu podho karo wong mahu.”
º Mbah Hasyim : “Wong nek bengi, raketang melek thok, iku
hikmahe gedhe!”. Ini
sejalan dengan laku tirakat Mbah Hasyim yang selalu terjaga di malam hari
(saharul layali). Tirakat seperti ini Mbah Hasyim lakukan semenjak remaja
hingga dijemputnya ajal.
º Pesan
Mbah Hasyim : ”Ngapiki wong iku wis termasuk ngamalne
tasawwuf.”
º Diantara
pesan Mbah Hasyim, bahwa apabila kita mengejar keberhasilan di dunia ini, maka
tidak akan bakal ketemu (menemukan). Berusaha (untuk urusan dunia)
adalah sampingan hidup.
Pak Joko dan Pak Bachtiar
º Pada
suatu kesempatan, Mbah Hasyim berpesan kepada Pak Joko (murid sekaligus tetangganya)
agar menjaga sholat.
º Pesan Mbah Hasyim kepada Pak Bachtiar, Mlilir, “Neng endi
wahe, ojo adoh songko masjid!”
º Diantara
pesan Mbah Hasyim adalah agar kita tidak ke warung.
Pak Tholib
º Mbah
Hasyim pernah berpesan kepada Pak Tholib, bahwa orang kaya anggaplah sebagai
musuh dan orang miskin anggaplah sebagai dulur (saudara). Ungkapan ini harus dipahami dengan bijak. Bahwa dulur
sejati adalah mereka
yang bersaudara dengan kita dalam kebaikan dan dekat dengan kita dalam keadaan
apa saja. Dulur sejati bukanlah
saudara kandung, tetapi siapa saja yang apabila temannya susah maka ia ikut
merasakan susah, dan apabila temannya gembira maka ia ikut bergembira. “Nek koncone
susah, yo melu susah. Semono ugo sewalike,” ucap Mbah Hasyim. Hubungan
seperti ini akan terus langgeng sampai hari akhirat. Dikandung maksud dari pesan ini adalah agar kita waspada
terhadap kekayaan, karena bila tidak berhati-hati, maka kekayaan itulah yang
akan merusak ibadah kita.
Ziarah
º Agar hajat (niat) berziarah kita berhasil, maka kita
harus memperhatikan tata cara maupun dzikir saat berziarah. Kepada Pak Yono, Mbah Hasyim pernah memberitahukan rahasia agar hajat kita berhasil
ketika ziarah ke makam-makam.
Saat berziarah, hendaknya kita mengamalkan apa-apa
(seperti wirid) yang menjadi kesenangan shohibul maqom.
Masing-masing shohibul maqom mempunyai kecenderungan berbeda. Ada
kalanya shohibul maqom menyenangi
wirid tertentu, maka kita mengamalkan wirid sebagaimana yang telah diamalkan shohibul
maqom tadi. Tetapi, ada pula shohibul maqom yang ketika masih hidup,
membaktikan diri dalam pendidikan, seperti mengajar, maka kita juga mencontoh
apa yang telah dilakukan shohibul
maqom tadi dengan membaktikan dalam dunia pendidikan dengan
sungguh-sungguh. Maka, hendaknya kita bisa menyesuaikan dengan semua itu.
º Mbah Hasyim pernah bertanya kepada H. Yono, “Apa sing
nyepet-nyepeti mungguhi Mbah Ageng Tegalsari marang wong sing ziaroh kubur neng
maqome?” Mendapat pertanyaan seperti itu, H. Yono hanya diam saja. H. Yono lalu
mengembalikan jawabannya kepada Mbah Hasyim. Mbah Hasyim akhirnya menerangkan,
bahwa Mbah Tegalsari itu mempunyai kebiasaan apik, ibadahnya sregep
(bagus), sesrawungane bagus, dan lain-lainnya. Kalau orang yang
berziarah ke makamnya tidak mau mencontoh perilaku bagus Mbah Ageng Tegalsari
tadi dan dikemudian hari datang lagi ke makam untuk sowan, itulah sing
nyepet-nyepeti bagi Mbah Ageng Tegalsari.
0 comments:
Post a Comment