Ads 468x60px

.

Wednesday, February 01, 2012

Sepercik Hikmah



Dawuhe Sesepuh Mayak

º   Dawuhe KH. Manshur Hilal (keponakan Mbah Hasyim), “Kadang ono bocah neng pondok ora kanggo, tapi neng omah justru digunakne. Sewalike, neng pondok kanggo, mbosok neng omah, nganggur.”
º   “Nek poso, yo senin kemis,” nasehat Mbah Hasyim pada suatu kesempatan.
º  “Gusti Alloh arep nurunke/ngrubah opo wahe, ono dino senin kemis.”
º  Pak Tholib : “Duwe ilmu kudu disepohne. Ilmu nek akeh, tapi gak disepuhne podho wahe wong liyo sing bengok-bengok. Ben digathekne, kudu disepuhne. Carane, sowan neng ulama. Nek adoh, sowan neng sareane ulama.”
º   Kyai Dasuqi (saudara Kyai Ihsan jampes dan Kyai Marzuki Lirboyo) tidak mempunyai santri, tetapi menjelang akhir hayatnya, derajatnya diangkat tinggi sekali.
º   Semasa hidupnya Nabi Ayyub AS menerima cobaan, yaitu daging dalam tubuhnya habis dimakan oleh set (ulat). Karena dagingnya habis, akhirnya set-set tadi saling memakan satu sama lainnya. Sehingga yang tersisa tinggal 2 set saja. Akhirnya, set yang satu akan memakan hatinya Nabi Ayyub AS, sedangkan yang satunya lagi akan memakan lidah Nabi Ayyub AS. Barulah setelah itu, Nabi Ayyub AS berdoa, “Ya Alloh, kalau hati dan lidah ini jenengan pendet, terus badhe damel nopo kulo eleng (dzikir) dateng panjenengan.” Akhirnya, kedua set tadi jatuh, yang satunya menjadi tawon dan yang satunya lagi menjadi lintah. Kedua binatang ini, akhirnya berguna untuk pengobatan.
º  Terkadang, orang yang penampilannya biasa, tidak tampak ketekunannya dalam beribadah (dzikir maupun yang lainnya), justru orang  tersebut derajatnya lebih tinggi dibanding orang yang terlihat tekun. Hal ini karena orang tersebut selalu bertafakkur (Pak Tholib).
º  Getun iku dirasakne nek wis mati, akan merasa getun luar biasa. Kenapa waktu hidup kita tidak menggunakannya dengan sebaik-baiknya (Pak Tholib).
º  ”Mulang niku sing sahe, sing penting dilatih ikhlas. Karena lewat mulang iku ganjarane ora putus” (Pak Tholib).
º  Hasan Basri ketika akan mondok di Darul Huda, disowankan oleh kang Najan kepada Mbah Hasyim. Ketika sowan, kang Najan sekalian bertanya kepada Mbah Hasyim seputar pondok milik saudaranya di Bekasi. Kang Najan bertanya tentang apa resepnya agar pondok saudaranya bisa berkembang. Jawab Mbah Hasyim, yaitu agar mengamalkan surat Al Fatihah. Setelah itu, kang Najan sowan juga ke KH. Maftuh Husein tentang masalah yang sama, dijawab oleh KH. Maftuh Husein, agar mengelilingi pondoknya pada malam hari sambil membaca surat Al Fatihah 8 x.
º  Di Kediri, ada seorang Kyai Pengasuh Pesantren, Mbah…………yang terkenal kewaliannya. Mbah Yai tadi termasuk orang yang sabar, tawadhu’ dan wira’i. Namun begitu, dirinya mempunyai seorang istri yang masih mudah tergoda oleh gemerlapnya dunia. Setiap hari, kegiatan rutin Mbah Yai tadi adalah mengaji bersama para santrinya. Tetapi, Bu Nyai tidak suka terhadap aktivitas yang dilakukan suaminya. Bu Nyai menghendaki agar Mbah Yai bekerja seperti halnya orang lain, seperti bekerja di sawah atau pekerjaan lainnya, supaya bisa menghasilkan uang, sehingga bisa untuk membeli perhiasan (gelang emas). Ternyata, Bu Nyai ingin memakai perhiasan emas sebagaimana yang dipakai oleh istri-istri orang lain. Mungkin karena kesal terhadap Mbah Yai yang tidak kunjung menanggapi keinginannya, Bu Nyai akhirnya masrahi ngemong putra kepada Mbah Yai yang sedang mengaji bersama para santri. Mbah Yai hanya bersabar melihat tingkah laku istrinya tadi. Dipangkulah sang putra oleh Mbah Yai ketika sedang mengaji. Pernah pula, karena begitu kesalnya kepada Mbah Yai, wadah nasi di dapur diisi oleh Bu Nyai dengan klethong (kotoran hewan). Melihat tingkah laku istrinya yang sudah keblabasan tersebut, akhirnya Mbah Yai bertanya, “Awakmu pengen tenan to? Yo wis, engko bengi sholat bareng aku.” Saat malam tiba, sholatlah Bu Nyai bersama Mbah Yai. Di tengah melakukan sholat malam itulah, Bu Nyai menemukan belalang yang terbuat dari emas. Begitu gembiranya Bu Nyai dengan apa yang baru didapatnya. Keesokan harinya, Mbah Yai bertanya kepada Bu Nyai, “Mambengi awakmu oleh alamat opo?” Bu Nyai pun menceritakan pengalamannya semalam, bahwa di tengah-tengah sholat, dirinya menemukan seekor belalang dari emas. Mbah Yai kemudian menyuruh Bu Nyai untuk menjual cuthang belalang tadi ke toko emas (milik orang China yang sangat paham tentang dunia emas). Lalu berangkatlah Bu Nyai ke sebuah toko emas milik orang China untuk menawarkan cuthang belalang emas tadi. Setelah melihat dan mengamati cuthang emas tadi, orang China tadi (sang pemilik toko emas) begitu takjub dengan emas yang dipegangnya tersebut. Orang China tadi bertanya kepada Bu Nyai, “Sampean dari mana mendapatkan emas ini?”. “Dari suami saya”, jawab Bu Nyai. Lalu berkatalah orang China tadi, “Baiklah, cuthang emas ini saya tukar dengan seluruh emas yang ada di toko saya ini. Pean bawa semuanya.” Bukan main senangnya Bu Nyai dengan apa yang baru saja didapatnya. Tak disangka, hanya dengan sebuah cuthang emas, Bu Nyai memperoleh emas dalam jumlah besar. Setelah dibawa ke rumah, emas-emas tadi dipakai Bu Nyai ketika sedang ada acara keluar/bepergian. Karena emas yang dipakai terlalu banyak, sehingga terlihat sangat mencolok. Setelah melihat begitu senangnya Bu Nyai dengan apa yang baru didapatnya, saatnya bagi Mbah Yai untuk menyadarkan Bu Nyai dengan memanfaatkan kejadian ini. Mbah Yai perlu mencari saat yang tepat untuk menasehati Bu Nyai. Setelah dirasa sudah tepat waktunya, ketika sedang duduk bersama dengan Bu Nyai, bertanyalah Mbah Yai kepada Bu Nyai. “Bu, sampean wis puas to, nganggo emas mau?” tanya Mbah Yai. “Yo seneng to,” jawab Bu Nyai. Lalu berkatalah Mbah Yai, ”Emas sak cuthang wae iso ngukutne toko emas, padahal mor sak cuthang. Mulakno, aku ora gelem perkoro-perkoro dunyo. Aku mong pengen urip akhirat”. Mbah Yai pun menasehati banyak hal kepada Bu Nyai. Mendengar penjelasan panjang lebar dari Mbah Yai tadi, timbulah kesadaran pada diri Bu Nyai. Bu Nyai akhirnya sadar, kalau selama ini telah salah memilih jalan dan tertipu oleh gemerlapnya dunia. Di hadapan Mbah Yai, spontan Bu Nyai menangis. Bu Nyai meminta maaf kepada Mbah Yai atas kesalahannya selama ini dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Hari itu menjadi hari bersejarah bagi Bu Nyai, karena menjadi hari bagi perubahan hidupnya. Sebagai wujud taubatnya, semua emas tadi kemudian dibagikan oleh Bu Nyai kepada orang-orang miskin (tidak mampu).
º  Tata cara Sholat Hajat :
Niatnya : usholli sunnatan liqodhoi hajatiy.
  • Setelah Al fatehah rokaat pertama membaca Qul Hu 10 x.
  • Setelah Al fatehah rokaat kedua membaca Qul Hu 10 x.
  • Setelah salam, langsung sujud dan membaca : sholawat 10 x, tasbih 10 x dan Robbana aatinaa 10 x.
  • Setelah sujud, duduk dan berdoa dengan apa yang diminta.
Bisa dikerjakan setelah maghrib atau isya’. Tetapi yang lebih utama adalah 1/3 malam terakhir.
º  Janganlah mendoakan jelek kepada orang lain, karena semua doa kita, baik doa untuk kejelekan maupun untuk kebaikan, semuanya akan kembali kepada diri kita. Malaikat disekitar kita akan membalas doa kita, ”semoga apa yang kita ucapkan juga kembali kepada kita”.
º  “Wong wedok iku nabine duwit, gustine sandangan.” (Pak Tholib).
º  Ketika masih menjajah Indonesia, suatu ketika Belanda berencana akan mengebom Pondok Termas, Pacitan. Belanda menganggap, kalau Pondok Termas telah digunakan rakyat Indonesia sebagai markas perlawanan terhadap Belanda. Pada hari yang telah ditentukan, dilasanakanlah rencana tersebut. Prajurit-prajurit Belanda mendatangi pondok Termas untuk melaksanakan pengeboman. Disaat-saat akan mengebom itulah, tiba-tiba orang-orang Belanda dikejutkan oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Mereka melihat, kalau di Pondok Termas tadi ada orang-orang yang mempunyai wajah yang sangat indah. Orang-orang Belanda belum pernah melihat manusia seindah itu sebelumnya di dunia ini. Ternyata, wajah-wajah indah yang dilihat oleh tentara Belanda tadi adalah orang-orang yang sedang membaca sholawat berzanji di Pondok Termas. Begitulah keistimewaan membaca sholawat.
º  Ibarat sepeda motor 2 tak, sholawat itu seperti oli samping yang fungsinya mendinginkan mesin. Gus Farid ketika membaca Al Qur’an 1 juz, maka melengkapinya dengan membaca sholawat 1000 x. Setiab hizb, mulai yang sedang sampai yang berat, semuanya ada bacaan sholawatnya (untuk ngenomi). Apabila tidak ada, bisa-bisa akan menimbulkan dampak bahaya.
º  ? “Anane pondok kanggo akhirot, iku urutan ngarep dewe.”
º  Apabila ingin menemui Mbah Dalhar, maka ziarohlah ke makam beliau pada malam jum’at kliwon, karena pada malam itulah Mbah Dalhar ada di makam tersebut. Selain malam itu, Mbah Dalhar tidak ada.
º  Sedangkan apabila ingin menemui shohibul maqom makam-makam lainnya, maka dengan cara membaca Al Fatihah 100x dan Qulhu 40x.
º  Kita (orang awam) itu dihadapan Alloh bagaikan sebuah kerikil. Sedangkan para Nabi bagaikan intan permata. Satu buah kerikil itu tidak berguna, tapi bila jumlahnya banyak (seperti koral), bisa digunakan untuk membangun sebuah bangunan. Sebaliknya, intan walaupun jumlahnya hanya satu buah, tetapi itu sudah berharga sekali. Maka dari itu, marilah kita bareng-bareng (berkelompok) dalam hal kegiatan ibadah.
º  Ini cerita tentang orang lain (bukan Mbah Hasyim). Ada seorang santri yang ingin sekali datang ke acara pengajian untuk mendengarkan ceramah sang muballigh. Ketika berhasil mendatangi acara pengajian dan mendengarkan ceramah sang muballigh, si santri tadi mendapatkan ilmu dan nasehat berharga dari sang muballigh, bahwa obatnya males (malas) adalah dipekso.
º  Pesan Mbah Muhdi berkaitan dengan kegiatan ziaroh makam:
-      Jangan belanja.
-      Yang tidak bisa ikut ziarah (izin), agar tetap mengikuti mujahadah di makam Mayak (ziaroh pembuka).
-      Diniati  untuk riyadhoh.
-      Waktu ziaroh, berniat (berdoa) semoga madrasah kita (pondok) langgeng ila yaumil qiyamah.
KH. Muhdi, 18 – 04 – 2009 (09.30 – 10.45)
º  Perjuangan untuk pondok, ”lahir batin kudu mangkat bareng.” Secara lahir yaitu dengan membangun madrasah, ngurip-ngurip dan sebagainya. Adapun secara batin, yaitu dengan kita mujahadah ke makam-makam dan berdoa.
º  Walaupun kita nanti sudah di rumah, kita tetap senantiasa mendoakan, semoga madrasah (pondok kita) langgeng ila yaumil qiyamah.
º  Untuk para guru/ustadz, sebelum mengajar hendaknya bertawassul dan berdoa:
-      Berdoa, semoga pondok kita langgeng.
-      Hidiyah al Fatihah kepada orang-orang ‘alim.
-      Berdoa kepada para pejuang (orang yang membaktikan diri pada pondok), semoga mendapat manfaat atas amal sumbangsihnya.
-      Berdoa, semoga keluarga kita dan diri kita sendiri, mendapatkan semua.
-      Semoga ilmu yang diajarkan kepada para murid, ilmunya bermanfaat.
º  Jadi, 3 hal ini sangat berkaitan, yaitu guru, murid, dan madrasah (termasuk bangunannya). Ada guru tapi kalau tidak ada murid, tidak mungkin bisa berjalan, begitu juga sebaliknya. Dari ketiga komponen itulah (guru, murid dan madrasah), dalam rangka lillah.
º  Kepada Pak Fatawi, Gus Miek pernah berpesan, “Kulo titip pondok Mayak nggeh, senajan watune lincip-lincip, kedah ngatos-ngatos!”
º  Simaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin tidak untuk tujuan dunia. Oleh karena itu, di dalam acara Simaan Al-Qur’an maupun Dzikrul Ghofilin tidak ada ceramahnya. Apabila ada ceramahnya, dikhawatirkan jamah yang datang bukan karena dzikir lillah, tetapi untuk mendengarkan isi ceramah tersebut.
º  “Nek dipangani halal, ati dadi empuk,” nasehat Pak Wahono.
º  Mbah Hasyim : “Atine awake dewe ojo sering-sering diapusi.”
º  Mbah Hasyim : “Nek neng omah, gak usah reno-reno, engko lak digolekne batur.”
º  Mbah Hasyim : “Awake dewe iki jarang nyembah Pangeran, tapi nyembah nafsune dewe!”
º  Mbah Hasyim : “Barang iku nek gampang sukses, mengko gampang bubare.”
º  Berikut ini adalah 3 pesan dari Mbah Hasyim :
1.    Ngibadah sing tenanan, ojo tanggung-tanggung!
2.    Taubat. Nek duwe doso, ndang njaluk ngapuro!
3.    ……………….
º  Ada orang yang menunda ibadah haji, karena mempertimbangkan akan menata kehidupan anaknya terlebih dahulu dan juga karena alasan lainnya. Terhadap alasan tersebut, komentar Mbah Hasyim, “Kok hebat men, iso noto anak. Urusan noto anak iku urusane Pengeran.”
º  Pernah, ada orang yang beralasan belum naik haji karena tidak bisa membaca tulisan arab. “Opo arep pamer pinter!,” komentar Mbah Hasyim. Ibadah haji yang penting adalah ikhlas, niatnya betul dan tidak riya’.
Adakalanya orang belum berani berangkat haji karena masih banyak dosa dan masih bodoh. Terhadap alasan ini, menurut Mbah Hasyim, bahwa justru dengan berhaji kita nyetorne doso. “Dosone digendong, dipasrahne Allah. Gobloke diaturne neng Pengeran,” ucap Mbah Hasyim.
º  Dalam ibadah haji yang terpenting adalah ikhlas Lillahi Ta’ala.
Mbah Hasyim pernah mengatakan, kalau ada orang yang tidak bisa membaca bacaan-bacaan haji, maka itu tidak apa-apa. Yang penting, kalau bisanya hanya membaca al-Fatihah, ya membaca al-Fatihah. kalau bisanya hanya membaca sholawat, ya membaca sholawat. Pernah, sambil bergurau Mbah Hasyim mengatakan, “Nek gak iso moco, tetep moco, terus ora sesuai arti, berarti gak lulus, tapi lolos!”
Jadi, ketika melakukan thowaf dan bisanya membaca al Fatihah/sholawat, ya membaca al Fatihah/sholawat. Hal ini lebih baik daripada memaksa membaca bacaan-bacaan haji, padahal tidak fasih, kemudian
terjadi kesalahan.
º  Berjuang apa saja di masyarakat, sebelum melakukannya, angan-anganlah (difikir-fikir) dulu dalam hati. Siapkan pada diri kita, apabila ternyata tidak ada orang yang mau ikut perjuangan kita. Kalau diri kita sudah siap dengan resiko yang akan terjadi, maka teruskanlah. Tetapi bila kita tidak siap dengan resiko yang ada, maka jangan diteruskan.
º  Berjuang/melakukan apa saja, lihatlah dengan kacamata Malaikat. “Berjuang ngelakoni opo wahe, deloken nganggo koco Malaikat,” pesan Mbah Hasyim.
º  Mbah Hasyim pernah mengatakan, kalau bertani itu barokahnya 95%, sedangkan berdagang hanya 5%. Tetapi kalau ingin cepat kaya, maka berdagang pilihannya. Mengapa bertani lebih banyak barokahnya, karena dengan bertani kita telah membuat senang makhluk Allah, seperti kodok, burung, dan lain-lainnya.
º  Ketika Mbah Hasyim melarang seseorang terjun ke dunia politik, Mbah Hasyim sudah memikirkan dari sisi belakang maupun ke depannya. Mbah Hasyim sendiri pernah terjun dalam dunia politik (sudah makan asam garam dalam berpolitik), sehingga mengetahui akibat-akibat negatif terjun berpolitik.
º  “Polos, mulus, ojo enek unsure politik,” nasehat Mbah Hasyim pada suatu kesempatan.
º  Diantara pesan Mbah Hasyim sebelum meninggal adalah, “Urip iki mor kanggo ngibadhah thok!”. Berdasarkan pesan Mbah Hasyim tersebut, dapat dijelaskan bahwa, semua aktivitas yang kita lakukan sehari-hari ini harus bernilai ibadah. Kesibukan kita, seperti bekerja, mulai dari pagi hingga malam, masak hanya berbuah lelah saja? Maka dari itu, sungguh hal yang sangat ironi, apabila pengorbanan kita dalam bentuk beraktivitas tadi tidak bernilai ibadah.
º  Model opo wahe, akhirat nomer siji (menjadi apa saja, akhirat nomer satu)”, diantara pesan Mbah Hasyim.
º  Bagi Mbah Hasyim, ibadahlah yang nomor 1. Belajar yang bagus adalah yang istiqomah.
º  Waktu ke Jember bersama Pak Hermanto, Pak Tholib diberi pesan oleh Gus Farid dengan sebuah nasehat Jowo “Sordonopes” (asor, bodho, ino, apes). Jadi kalau ingin menjadi hamba yang mulia, harus merasa asor, bodho, ino lan apes (rendah, bodoh, hina dan lemah).
º  Semasa hidup, Mbah Hasyim mewanti-wanti (mengingatkan) untuk tidak memberitahukan dan menceritakan tentang nasabnya. ”Wis, saiki urusan awake dewe karo Gusti Alloh” (sudah, sekarang urusan kita dengan Alloh). Maksud dari perkataan ”Urusane dewe-dewe! Awake dewe iku milike Gusti Alloh” adalah bahwa nasib kita tidak ditentukan oleh pendahulu-pendahulu kita, tetapi tergantung pada usaha kita sendiri.
º  Kene iki dudu pondoke wong sugih, tapi pondoke fuqoro’ masakin,” ucap Mbah Hasyim pada suatu kesempatan.
º  Diantara pesan Mbah Hasyim kepada para santri, untuk tidak mengamalkan apa-apa, kecuali yang ada dipelajaran.
º  Pernah Mbah Hasyim mengatakan, bahwa menekuni tirakat ziarah ke makam, kudu siap mlarat.
º  Pesan Mbah Hasyim, “Talenono weteng!”
º  Luwe …. Aboto wareke wong liyo.
º  Diantara pesan Mbah Hasyim kepada Pak Bachtiar adalah agar mengamalkan puasa senin-kamis. “Poso senin kamis ojo ketinggalan,” pesan Mbah Hasyim.
º  ? Diantara pesan Mbah Hasyim, al Fatihah itu sudah mencukupi (untuk kebahagiaan kita dunia akhirat).
º  ? Diantara pesan Mbah Hasyim adalah mengamalkan doa robbana….. Sebesar apapun dosa kita, akan ditulungi oleh Gusti Allah.

º  Santri : “Yai, kadosipun kulo niki pengen mondok teng mriki, tapi kados pundi, tiyang sepah nyuwun kulo kapureh wangsul?.
Mbah Hasyim: “Mpun to kang, jenengan kok wangsul, mboten nopo-nopo. Senaoso jenengan niku teng nggriyo, kulo anggep santri kulo.”
Santri : “Yai, pripun niki, kulo niki kaleh tiyang sepah kapureh haji, lha kula taksih teng mriki?”
Mbah Hasyim: “Mpun to kang, jenengan mantepi, syukur alhamdulillah, niku termasuk panggilan Allah. Wis tho, engko tak dungakne. Neng kono sing tenanan. Sampean engko nek wis ngibadah haji, sholate neng pesawat iku lihurmatil waqti. Lha engko sholato eneh, qodo’en!. Neng kono gawean ajian mumpung. Mumpung neng Makkah lan Madinah, sing tenanan!”
º  Diantara pelajaran yang dapat kita petik dari percakapan Mbah Hasyim dengan Pak Masyhudi di atas adalah :
-       Walaupun sudah pulang, tetep dianggep santri oleh Mbah Hasyim.
-       “Shilaturrahmi kang! Senajan karo dhulure, ojo sampek pisah.”
-       “Nek dadi hakim, ngati-ngati kang (ucapan Mbah Hasyim sewaktu mengaji ihya’, yaitu saat adanya pendaftaran calon hakim)”
-       “Agar ngopeni ati, yaitu saat di pondok. Kalau tidak waktu di pondok, kapan lagi?”

º  Tujuan Pondok Pesantren Darul Huda adalah berilmu, beramal dan bertaqwa (mencari ridho Allah).
º  Jadilah orang yang memberi zakat, jangan orang yang diberi zakat.
º  العلم في الصدور لا في السطور
ما هو الغالب: لطيفة جاخية الهية
وما يتوكل الا على الله
º  Pulang dari pondok, iman harus kuat. Yang paling penting, ilmu itu dapat menyinari dunia dan akhirat serta bisa menjernihkan hati. (catatan pribadi koleksi Pak. Abbas Munasir, Prambon Dagangan Madiun-1991)



Segenggam Mutiara



Dawuh-dawuh mbah Hasyim Sholih Mayak
Nasehat
º  Para ulama’ dan hamba-hamba-Nya yang sholih adalah simpanan yang berharga dan keberuntungan bagi siapa saja yang mendapatkan siraman ruhani dari mereka. Nasehat-nasehat dari pribadi-pribadi pilihan Alloh inilah yang selalu diharapkan.
º  Pada bagian ini, akan disuguhkan nasehat-nasehat dari Mbah Hasyim. Perjalanan hidup seorang ulama selalu terkandung kisah hidup yang patut diteladani. Perkataan dan perbuatan hamba-hamba yang sholih adalah teladan bagi mereka yang mendambakan keridhaan Allah.
º   
Santri
º  “Nek dadi pengurus, ojo rumongso dadi pengurus, rumongsoho dadi santri,” nasehat Mbah Hasyim kepada kang Kasmuji (santri) pada suatu kesempatan.
º  Dalam suatu kesempatan lain, Mbah Hasyim pernah memberi nasehat kepada santri-santrinya, bahwa santri tidak perlu puasa senin-kamis, yang penting kita tekun dalam belajar.
º  Cah pondok ora tak wajibne apal / ngamalne Dzikrul Ghofilin. Tapi nek iso apal, iku ono nilai pluse,” pesan Mbah Hasyim.
º  Mbah Hasyim sering memberi nasehat, “Dadi santri ojo gumunan!”. Nasehat Mbah Hasyim, ”Ojo wedian, ojo gumunan, ojo kagetan” ternyata juga ditemukan dalam suatu tulisan di prabon (makam) Presiden Soeharto. Jadi, nasehat tersebut termasuk salah satu pepatah Jawa.

º  “Dadi santri, kudu siap dadi serbe’te masyarakat,” nasehat Mbah Hasyim lagi. Dikandung maksud, bahwa seorang santri harus siap menjadi abdi masyarakat dalam menegakkan ajaran ilahi.

º  Diantara pesan lain Mbah Hasyim kepada santrinya adalah agar betul-betul melaksanakan 3 hal ; 1) Jamaah sholat 2) mentaati peraturan 3) tadarus Qur’an. Pada ketiga hal itulah, dungone Yai dilumpokne. Berkaitan dengan hal tersebut, Mbah Hasyim pernah mengatakan, “Dianggep santriku nek manut karo aku.” Mbah Hasyim tidak suka (menghendaki) santri yang banyak, tetapi…
º  Mbah Hasyim sangat senang sekali apabila santri-santrinya tidak menjadi buruh/pegawai, tetapi justru menciptakan lapangan pekerjaan, اليد العليا. Mbah Hasyim sangat tidak senang apabila kita menggantungkan diri kepada orang lain dalam hal urusan ekonomi. Jadilah orang yang mampu mendatangkan karyawan, dan janganlah menjadi karyawan. Setelah lulus dari sekolah MA, Gus Sami’ berniat untuk kuliah. Saat mengutarakan niatnya tadi kepada ayahnya, jawab Mbah Hasyim, “Nek awakmu arep kuliah, terus dadi PNS, pek-pek en dewe, aku ora njaluk. Goleko biaya dewe’, aku moh mbiayai. Tapi nek awakmu mondok, ora ke’tang gre’sek-gresek, tak iwangi.”
º  Suatu malam, kang Jalal dipanggil ke dhalem untuk mijeti Mbah Hasyim. Ketika datang menghadap Mbah Hasyim, kang Jalal sambil membawa kitab Arba’in Nawawi. Di tengah-tengah mijeti tadi, kang Jalal di tes oleh Mbah Hasyim agar membacakan hadis dalam kitab Arba’in Nawawi  tadi, yaitu hadis اذالم تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Berkaitan dengan kandungan hadis tersebut, Mbah Hasyim menjelaskan, “Nek awakmu ora isin, lakonono opo sing mbok karepne’.” ucap Mbah Hasyim.
º  Kepada Pak Taufik Hasan Pacitan, Mbah Hasyim mengingatkan:
-          Agar mengamalkan Dzikrul Ghofilin. “Kowe’ kudu nggolek 40 andalan. Lha awakmu, nggolek siji wae, sak umur uripmu ora bakal iso. Mulakno, amalno Dzikrul Ghafilin.”
-          “Arep nglakoni keapikan opo wae, supoyo tawassul.”
-          Ngamalno opo-opo, gak usah ngurusi atimu, engko lak diopeni Gusti Allah.”
º  Mbah Hasyim pernah menasehati Pak Rohmat Blitar, “Wong iku koyok Janoko ke lho. Dlendem-dlendem, tapi duwe bojo neh.” Ini sebatas kiasan dari Mbah Hasyim. Maksudnya adalah, “Tidak usah banyak omong, sing penting meneng-meneng, tapi hasile/wujude nyoto!”
º  Saat masih mondok di Mayak, kang Sugeng Blitar pernah mengalami kondisi was-was dalam berwudhu, sholat maupun ibadah lainnya. Ketika berwudhu dan kemudian terkena cipratan air wudhu orang disebelahnya, telah membuatnya ragu-ragu. Ketika sholat di masjid, ia merasakan kalau di masjid banyak najisnya. Perasaan seperti itu terus menghantui dalam langkah kang Sugeng. Usaha bertanya kepada para guru (seperti Pak Rohmat) pun ia lakukan, tetapi belum menemukan solusinya.
Lalu sowanlah kang Sugeng ke Mbah Hasyim. Mendengar semua keluhan kang Sugeng tadi, jawab Mbah Hasyim, “Surgo iku mahal sekali. Mbok menungso iku wiwit lahir sampek mati sholat terus, ngono mau urung mesti mlebu surgo. Terus nyapo sampean menyibukkan dengan perbuatan ngono kuwi.” Mbah Hasyim juga mengibaratkan (mencontohkan), kalau sholat di emperan (halaman rumah), asalkan tidak tampak najisnya, maka hukumanya sah (tidak apa-apa). Waktu itu, Mbah Hasyim mencontohkan emperan tanah di depan rumah beliau. Intinya, Mbah Hasyim memberi nasehat, bahwa manusia masuk surga bukan karena amalnya, tetapi semata-mata karena rahmat Allah.
º  Di tengah-tengah mijeti Mbah Hasyim, kang Kasmuji mendapatkan nasehat Mbah Hasyim, “Aurod (dzikir) opo wahe ojo dilakoni, cukup wirid Dzikrul Ghofilin. Yakino neng Dzikrul Ghofilin, wis nyangkup kabeh. Aku wis ngonceki neng kitab-kitab, kabeh mau wis kecangkup neng Dzikrul Ghofilin (ulama-ulama yang ditawassuli maupun faedah-faedah bacaannya).
º  Sebelum sowan kepada Mbah Hasyim untuk minta izin kuliah, kang Kasmuji mengkhatamkan Al-Qur’an 3 x selama 10 hari di masjid. Tujuannya, dengan berkah Al-Qur’an hatinya supaya bersih, bisa menerima dhawuh Mbah Hasyim. “Supoyo atiku resik nompo opo dawuhe Yai. Wedi nek keputusane Yai gak sesuai karo keingananku, “gumamnya dalam hati.
Akhirnya, kang Kasmuji sowan kepada Mbah Hasyim, menghaturkan niatnya untuk kuliah sekaligus meminta izin. Selesai mendengar dan mengetahui maksud dan tujuan kang Kasmuji, Mbah Hasyim menjawab, “Alhamdullilah kang, nek sampean pingin kuliah. Nomor :
1.    Nek ra pingin belajar, kudu ngajar.
2.    Neng pondok ora jaminan mlebu surgo, neng kampus yo ora jaminan dadi sugih. Sing slamet, ojo diniati neko-neko.
3.    Ojo melok demo, tak haramke melok demo (alasan Mbah Hasyim, karena demo tidak sesuai dengan ajaran kitab Ta’lim Muta’allim).”
º  Ketika akan menikah, Pak Din dan Pak Arba’i sowan ke dhalem, untuk meminta doa dan restu Mbah Hasyim. Kepada keduanya, Mbah Hasyim berpesan, agar bertawassul kepada Auliya’ yang ada dalam Dzikrul Ghofilin sebelum melakukan akad nikah. Karena, para Auliya’ yang ditawassuli itulah yang akan hadir dan menjadi saat akad nikah nanti.

Pondok
º  Nasehat Mbah Hasyim kepada Pak Thoyyib ketika menjadi pembimbing keamanan pondok adalah, ”Santri nakal iku ojo digethingi, tapi didungakne!” (sama dengan nasihat Mbah Hasyim).
º  Diantara pesan Mbah Hasyim untuk kegiatan ziarah makam (saat acara KBIH) adalah :
ü  "تشفع
ü  “Ora seneng dunyo.”
ü  “Ojo mbathi (panitia jangan mencari keuntungan).”
º  Diantara pesan Mbah Hasyim kepada orang-orang yang terlibat di PPDH, baik pada kegiatan manasik maupun lainnya adalah, “Acara-acara iku kanggo nitipno awak, ngibadah dateng Allah.”
º  Pesan Mbah Hasyim bagi ustadz yang akan mengajar agar bertawasul setelah mengucapkan salam kepada para peserta didik. Adapun tawasulnya diniatkan untuk:
ü  Madrasah agar langgeng
ü  Hidiyah poro kekasihe Gusti Allah
ü  Para pejuang madrasah
ü  Warga awake dewe, khususe murid-murid
ü  Mugo-mugo ilmune bermanfaat
º  Mbah Hasyim berpesan, bahwa sebelum mengajar guru wajib persiapan. Mbah Hasyim menambahkan, bahwa Syaikh Ihsan Jampes yang sudah ‘alim (ma’rifat) saja, sebelum berangkat mengajar sudah menelaah kitab yang akan diajarkan dan ditambah lagi minimal sudah menelaah 5 kitab sebagai bahan keterangan. Adapun bagi kita yang masih termasuk golongan awam, sudah barang tentu harus lebih melakukan persiapan sebelum mengajar.

Masyarakat
Laron
Dzikrul Ghofilin dan Al-Fatihah
Hanya ibadah
Pak Joko dan Pak Bachtiar
Pak Tholib
Ziarah
º  Bagi Mbah Hasyim dan ini juga termasuk pesannya, bahwa hidup kita di dunia ini hanya untuk ibadah thok (saja), sedangkan dunia nomor dua.
º  Dalam urusan keluarga, Mbah Hasyim berpesan agar bersikap hidup sederhana. Contohnya dalam hal memasak, maka memasaklah secara sederhana, tidak berlebih-lebihan.
º  Berkaitan dengan mendidik anak (murid/santri), Mbah Hasyim pernah menyetir hadist :
من كان فى حاجة اخيه كان الله فى حاجته
            “Sopo wonge sing memenuhi hajat sedulure, mongko Gusti Allah bakal memenuhi hajate.”


Laron
º  Saat acara PWM, Mbah Hasyim pernah memberi mau’idhoh, “Laron iku nek topo yo dadi gundiek, tapi nek pethok pandhangan diampiri, yo lare ilang.”
º  “Hati itu ibarat lampu neon, semakin terang, maka semakin banyak laron (nama serangga) yang datang. Begitu juga manusia, bila hatinya bersih, maka orang pun akan berbondong-bondong mendatanginya. Makanya, bila ingin menjadi manusia yang diperlukan/ berguna bagi orang banyak, maka bersihkanlah hatimu, tidak perlu promosi,” nasehat Mbah Hasyim suatu ketika.
º  Termasuk pula pesan Mbah Hasyim agar kita ; 1) Sabar, 2) Manfaatkan waktu (isi waktu dengan kegiatan bermanfaat), 3) Dalam suatu majlis, janganlah membicarakan aib orang lain dan 4) Berkaitan suatu hal yang rahasia, hendaklah hanya diberitahukan kepada orang terbatas (mereka yang mampu menjaga rahasia)
Dzikrul Ghofilin dan Al-Fatihah
º  Mbah Hasyim mengingatkan, bahwa dalam melaksanakan Dzikrul Ghofilin, diniati untuk ibadah saja. Dikandung maksud, janganlah kegiatan ’ubudiyyah tercampuri oleh perkara-perkara dunia. Lagi pula, seseorang yang mengabdikan diri pada jalan ilahi, maka segala urusan dunianya akan terselesaikan.
º  Pak Zaenal pernah diperintah Mbah Hasyim agar mengamalkan membaca Al-Fatihah sebanyak-banyaknya. Apa yang dialami Pak Zaenal tadi sama dengan pengalaman Mbah Hasyim ketika kenal dan akrab dengan Gus Miek. Ketika kenal dengan Gus Miek pun, Mbah Hasyim juga diperintah Gus Miek untuk mengamalkan membaca Al-Fatihah.
Hanya Ibadah
º  Mbah Hasyim mengingatkan kita agar selalu mengerjakan ibadah, apapun bentuknya. Mbah Hasyim memberi contoh, siapa tahu, kalau ibadah kita yang diterima disisi Alloh adalah justru saat kita nyisihne pilangan (membuang sisa bungkus nasi waktu Simaan Al Qur’an) ke tempat sampah.
º  Diantara pesan Mbah Hasyim, “Awake dewe nek arep ngalor, kudu genah alasane nek ditakoni Pengeran. Nek ora iso, yo ojo ngalor.”
º  Nek pengen derajat dhuwur, dimusuhi / dinesoni wong ojo direken. Nek mbok re’ken, berarti awakmu podho karo wong mahu.”
º  Mbah Hasyim : “Wong nek bengi, raketang melek thok, iku hikmahe gedhe!”. Ini sejalan dengan laku tirakat Mbah Hasyim yang selalu terjaga di malam hari (saharul layali). Tirakat seperti ini Mbah Hasyim lakukan semenjak remaja hingga dijemputnya ajal.
º  Pesan Mbah Hasyim : ”Ngapiki wong iku wis termasuk ngamalne tasawwuf.”
º  Diantara pesan Mbah Hasyim, bahwa apabila kita mengejar keberhasilan di dunia ini, maka tidak akan bakal ketemu (menemukan). Berusaha (untuk urusan dunia) adalah sampingan hidup.
Pak Joko dan Pak Bachtiar
º  Pada suatu kesempatan, Mbah Hasyim berpesan kepada Pak Joko (murid sekaligus tetangganya) agar menjaga sholat.
º  Pesan Mbah Hasyim kepada Pak Bachtiar, Mlilir, “Neng endi wahe, ojo adoh songko masjid!”
º  Diantara pesan Mbah Hasyim adalah agar kita tidak ke warung.
Pak Tholib
º  Mbah Hasyim pernah berpesan kepada Pak Tholib, bahwa orang kaya anggaplah sebagai musuh dan orang miskin anggaplah sebagai dulur (saudara). Ungkapan ini harus dipahami dengan bijak. Bahwa dulur sejati adalah mereka yang bersaudara dengan kita dalam kebaikan dan dekat dengan kita dalam keadaan apa saja. Dulur sejati bukanlah saudara kandung, tetapi siapa saja yang apabila temannya susah maka ia ikut merasakan susah, dan apabila temannya gembira maka ia ikut bergembira. “Nek koncone susah, yo melu susah. Semono ugo sewalike,” ucap Mbah Hasyim. Hubungan seperti ini akan terus langgeng sampai hari akhirat. Dikandung maksud dari pesan ini adalah agar kita waspada terhadap kekayaan, karena bila tidak berhati-hati, maka kekayaan itulah yang akan merusak ibadah kita.
Ziarah
º  Agar hajat (niat) berziarah kita berhasil, maka kita harus memperhatikan tata cara maupun dzikir saat berziarah. Kepada Pak Yono, Mbah Hasyim pernah memberitahukan rahasia agar hajat kita berhasil ketika ziarah ke makam-makam.
Saat berziarah, hendaknya kita mengamalkan apa-apa (seperti wirid) yang menjadi kesenangan shohibul maqom. Masing-masing shohibul maqom mempunyai kecenderungan berbeda. Ada kalanya  shohibul maqom menyenangi wirid tertentu, maka kita mengamalkan wirid sebagaimana yang telah diamalkan shohibul maqom tadi. Tetapi, ada pula shohibul maqom yang ketika masih hidup, membaktikan diri dalam pendidikan, seperti mengajar, maka kita juga mencontoh apa yang  telah dilakukan shohibul maqom tadi dengan membaktikan dalam dunia pendidikan dengan sungguh-sungguh. Maka, hendaknya kita bisa menyesuaikan dengan semua itu.
º  Mbah Hasyim pernah bertanya kepada H. Yono, “Apa sing nyepet-nyepeti mungguhi Mbah Ageng Tegalsari marang wong sing ziaroh kubur neng maqome?” Mendapat pertanyaan seperti itu, H. Yono hanya diam saja. H. Yono lalu mengembalikan jawabannya kepada Mbah Hasyim. Mbah Hasyim akhirnya menerangkan, bahwa Mbah Tegalsari itu mempunyai kebiasaan apik, ibadahnya sregep (bagus), sesrawungane bagus, dan lain-lainnya. Kalau orang yang berziarah ke makamnya tidak mau mencontoh perilaku bagus Mbah Ageng Tegalsari tadi dan dikemudian hari datang lagi ke makam untuk sowan, itulah sing nyepet-nyepeti bagi Mbah Ageng Tegalsari.