Dawuhe Sesepuh Mayak
º Dawuhe KH. Manshur Hilal (keponakan Mbah Hasyim), “Kadang
ono bocah neng pondok ora kanggo, tapi neng omah justru digunakne. Sewalike,
neng pondok kanggo, mbosok neng omah, nganggur.”
º “Nek poso, yo senin kemis,” nasehat Mbah
Hasyim pada suatu kesempatan.
º “Gusti Alloh arep nurunke/ngrubah opo wahe, ono
dino senin kemis.”
º Pak Tholib : “Duwe ilmu kudu disepohne. Ilmu nek akeh,
tapi gak disepuhne podho wahe wong liyo sing bengok-bengok. Ben digathekne,
kudu disepuhne. Carane, sowan neng ulama. Nek adoh, sowan neng sareane ulama.”
º Kyai Dasuqi (saudara Kyai Ihsan jampes dan Kyai Marzuki
Lirboyo) tidak mempunyai santri, tetapi menjelang akhir hayatnya, derajatnya
diangkat tinggi sekali.
º Semasa hidupnya Nabi Ayyub AS menerima cobaan, yaitu
daging dalam tubuhnya habis dimakan oleh set (ulat). Karena dagingnya
habis, akhirnya set-set tadi saling memakan satu sama lainnya. Sehingga
yang tersisa tinggal 2 set saja. Akhirnya, set yang satu akan
memakan hatinya Nabi Ayyub AS, sedangkan yang satunya lagi akan memakan lidah
Nabi Ayyub AS. Barulah setelah itu, Nabi Ayyub AS berdoa, “Ya Alloh, kalau hati
dan lidah ini jenengan pendet, terus badhe damel nopo kulo eleng (dzikir)
dateng panjenengan.” Akhirnya, kedua set tadi jatuh, yang satunya menjadi
tawon dan yang satunya lagi menjadi lintah. Kedua binatang ini, akhirnya
berguna untuk pengobatan.
º Terkadang, orang yang penampilannya biasa, tidak tampak
ketekunannya dalam beribadah (dzikir maupun yang lainnya), justru orang
tersebut derajatnya lebih tinggi dibanding orang yang terlihat tekun. Hal ini
karena orang tersebut selalu bertafakkur (Pak Tholib).
º Getun iku dirasakne nek wis mati, akan merasa getun
luar biasa. Kenapa waktu hidup kita tidak menggunakannya dengan sebaik-baiknya
(Pak Tholib).
º ”Mulang niku sing sahe, sing penting dilatih ikhlas.
Karena lewat mulang iku ganjarane ora putus” (Pak Tholib).
º Hasan Basri ketika akan mondok di Darul Huda,
disowankan oleh kang Najan kepada Mbah Hasyim. Ketika sowan, kang Najan
sekalian bertanya kepada Mbah Hasyim seputar pondok milik saudaranya di Bekasi.
Kang Najan bertanya tentang apa resepnya agar pondok saudaranya bisa
berkembang. Jawab Mbah Hasyim, yaitu agar mengamalkan surat Al Fatihah. Setelah
itu, kang Najan sowan juga ke KH. Maftuh Husein tentang masalah yang
sama, dijawab oleh KH. Maftuh Husein, agar mengelilingi pondoknya pada malam
hari sambil membaca surat Al Fatihah 8 x.
º Di Kediri, ada seorang Kyai Pengasuh
Pesantren, Mbah…………yang terkenal kewaliannya. Mbah Yai tadi termasuk orang yang
sabar, tawadhu’ dan wira’i. Namun begitu, dirinya mempunyai seorang
istri yang masih mudah tergoda oleh gemerlapnya dunia. Setiap hari,
kegiatan rutin Mbah Yai tadi adalah mengaji bersama para santrinya. Tetapi, Bu
Nyai tidak suka terhadap aktivitas yang dilakukan suaminya. Bu Nyai menghendaki
agar Mbah Yai bekerja seperti halnya orang lain, seperti bekerja di sawah atau
pekerjaan lainnya, supaya bisa menghasilkan uang, sehingga bisa untuk membeli
perhiasan (gelang emas). Ternyata, Bu Nyai ingin memakai perhiasan emas
sebagaimana yang dipakai oleh istri-istri orang lain. Mungkin karena kesal
terhadap Mbah Yai yang tidak kunjung menanggapi keinginannya, Bu Nyai akhirnya masrahi
ngemong putra kepada Mbah Yai yang sedang mengaji bersama para santri. Mbah
Yai hanya bersabar melihat tingkah laku istrinya tadi. Dipangkulah sang putra
oleh Mbah Yai ketika sedang mengaji. Pernah pula, karena begitu kesalnya kepada
Mbah Yai, wadah nasi di dapur diisi oleh Bu Nyai dengan klethong
(kotoran hewan). Melihat tingkah laku istrinya yang sudah keblabasan tersebut,
akhirnya Mbah Yai bertanya, “Awakmu pengen tenan to? Yo wis, engko bengi sholat
bareng aku.” Saat malam tiba, sholatlah Bu Nyai bersama Mbah Yai. Di tengah
melakukan sholat malam itulah, Bu Nyai menemukan belalang yang terbuat dari
emas. Begitu gembiranya Bu Nyai dengan apa yang baru didapatnya. Keesokan
harinya, Mbah Yai bertanya kepada Bu Nyai, “Mambengi awakmu oleh alamat opo?”
Bu Nyai pun menceritakan pengalamannya semalam, bahwa di tengah-tengah sholat,
dirinya menemukan seekor belalang dari emas. Mbah Yai kemudian menyuruh Bu Nyai
untuk menjual cuthang belalang tadi ke toko emas (milik orang China yang
sangat paham tentang dunia emas). Lalu berangkatlah Bu Nyai ke sebuah toko emas
milik orang China untuk menawarkan cuthang belalang emas tadi. Setelah
melihat dan mengamati cuthang emas tadi, orang China tadi (sang pemilik
toko emas) begitu takjub dengan emas yang dipegangnya tersebut. Orang China
tadi bertanya kepada Bu Nyai, “Sampean dari mana mendapatkan emas ini?”. “Dari
suami saya”, jawab Bu Nyai. Lalu berkatalah orang China tadi, “Baiklah, cuthang
emas ini saya tukar dengan seluruh emas yang ada di toko saya ini. Pean bawa
semuanya.” Bukan main senangnya Bu Nyai dengan apa yang baru saja didapatnya.
Tak disangka, hanya dengan sebuah cuthang emas, Bu Nyai memperoleh emas
dalam jumlah besar. Setelah dibawa ke rumah, emas-emas tadi dipakai Bu Nyai ketika sedang ada
acara keluar/bepergian. Karena emas yang dipakai terlalu banyak, sehingga
terlihat sangat mencolok. Setelah melihat begitu senangnya Bu Nyai dengan apa
yang baru didapatnya, saatnya bagi Mbah Yai untuk menyadarkan Bu Nyai dengan
memanfaatkan kejadian ini. Mbah Yai perlu mencari saat yang tepat untuk
menasehati Bu Nyai. Setelah dirasa sudah tepat waktunya, ketika sedang duduk
bersama dengan Bu Nyai, bertanyalah Mbah Yai kepada Bu Nyai. “Bu, sampean wis
puas to, nganggo emas mau?” tanya Mbah Yai. “Yo seneng to,” jawab Bu Nyai. Lalu
berkatalah Mbah Yai, ”Emas sak cuthang wae iso ngukutne toko emas, padahal mor
sak cuthang. Mulakno, aku ora gelem perkoro-perkoro dunyo. Aku mong pengen urip
akhirat”. Mbah Yai pun menasehati banyak hal kepada Bu Nyai. Mendengar
penjelasan panjang lebar dari Mbah Yai tadi, timbulah kesadaran pada diri Bu
Nyai. Bu Nyai akhirnya sadar, kalau selama ini telah salah memilih jalan dan
tertipu oleh gemerlapnya dunia. Di hadapan Mbah Yai, spontan Bu Nyai menangis.
Bu Nyai meminta maaf kepada Mbah Yai atas kesalahannya selama ini dan berjanji
tidak akan mengulanginya lagi. Hari itu menjadi hari bersejarah bagi Bu Nyai,
karena menjadi hari bagi perubahan hidupnya. Sebagai wujud taubatnya, semua
emas tadi kemudian dibagikan oleh Bu Nyai kepada orang-orang miskin (tidak
mampu).
º Tata cara Sholat Hajat :
Niatnya : usholli sunnatan
liqodhoi hajatiy.
- Setelah Al fatehah rokaat pertama membaca Qul Hu 10 x.
- Setelah Al fatehah rokaat kedua membaca Qul Hu 10 x.
- Setelah salam, langsung sujud dan membaca : sholawat 10 x, tasbih 10 x dan Robbana aatinaa 10 x.
- Setelah sujud, duduk dan berdoa dengan apa yang diminta.
Bisa dikerjakan setelah
maghrib atau isya’. Tetapi yang lebih utama adalah 1/3 malam terakhir.
º Janganlah mendoakan jelek kepada orang lain, karena semua
doa kita, baik doa untuk kejelekan maupun untuk kebaikan, semuanya akan kembali
kepada diri kita. Malaikat disekitar kita akan membalas doa kita, ”semoga apa
yang kita ucapkan juga kembali kepada kita”.
º “Wong wedok iku nabine duwit, gustine sandangan.”
(Pak Tholib).
º Ketika masih menjajah Indonesia, suatu ketika
Belanda berencana akan mengebom Pondok Termas, Pacitan. Belanda menganggap,
kalau Pondok Termas telah digunakan rakyat Indonesia sebagai markas perlawanan
terhadap Belanda. Pada hari yang telah ditentukan, dilasanakanlah rencana
tersebut. Prajurit-prajurit Belanda mendatangi pondok Termas untuk melaksanakan
pengeboman. Disaat-saat akan mengebom itulah, tiba-tiba orang-orang Belanda
dikejutkan oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Mereka melihat, kalau di
Pondok Termas tadi ada orang-orang yang mempunyai wajah yang sangat indah. Orang-orang Belanda belum pernah melihat manusia seindah
itu sebelumnya di dunia ini. Ternyata, wajah-wajah indah yang dilihat oleh
tentara Belanda tadi adalah orang-orang yang sedang membaca sholawat berzanji
di Pondok Termas. Begitulah keistimewaan membaca sholawat.
º Ibarat sepeda motor 2 tak,
sholawat itu seperti oli samping yang fungsinya mendinginkan mesin. Gus Farid
ketika membaca Al Qur’an 1 juz, maka melengkapinya dengan membaca sholawat 1000
x. Setiab hizb, mulai yang sedang sampai yang berat, semuanya ada bacaan
sholawatnya (untuk ngenomi). Apabila tidak ada, bisa-bisa akan menimbulkan dampak bahaya.
º ? “Anane pondok kanggo akhirot, iku urutan ngarep
dewe.”
º Apabila ingin menemui Mbah Dalhar, maka ziarohlah ke
makam beliau pada malam jum’at kliwon, karena pada malam itulah Mbah Dalhar ada
di makam tersebut. Selain malam itu, Mbah Dalhar tidak ada.
º Sedangkan apabila ingin menemui shohibul maqom
makam-makam lainnya, maka dengan cara membaca Al Fatihah 100x dan Qulhu 40x.
º Kita (orang awam) itu dihadapan Alloh bagaikan sebuah
kerikil. Sedangkan para Nabi bagaikan intan permata. Satu buah kerikil itu
tidak berguna, tapi bila jumlahnya banyak (seperti koral), bisa digunakan untuk
membangun sebuah bangunan. Sebaliknya, intan walaupun jumlahnya hanya satu
buah, tetapi itu sudah berharga sekali. Maka dari itu, marilah kita bareng-bareng
(berkelompok) dalam hal kegiatan ibadah.
º Ini cerita tentang orang lain (bukan Mbah Hasyim). Ada
seorang santri yang ingin sekali datang ke acara pengajian untuk mendengarkan
ceramah sang muballigh. Ketika berhasil mendatangi acara pengajian dan
mendengarkan ceramah sang muballigh, si santri tadi mendapatkan ilmu dan
nasehat berharga dari sang muballigh, bahwa obatnya males (malas) adalah
dipekso.
º Pesan Mbah Muhdi berkaitan dengan kegiatan ziaroh
makam:
- Jangan belanja.
- Yang tidak bisa ikut ziarah
(izin), agar tetap mengikuti mujahadah di makam Mayak (ziaroh pembuka).
- Diniati untuk riyadhoh.
- Waktu ziaroh, berniat (berdoa)
semoga madrasah kita (pondok) langgeng ila yaumil qiyamah.
KH. Muhdi, 18 – 04 – 2009 (09.30 – 10.45)
º Perjuangan untuk pondok, ”lahir batin kudu mangkat
bareng.” Secara lahir yaitu dengan membangun
madrasah, ngurip-ngurip dan sebagainya. Adapun
secara batin, yaitu dengan kita mujahadah ke makam-makam dan berdoa.
º Walaupun kita nanti sudah di rumah, kita tetap senantiasa
mendoakan, semoga madrasah (pondok kita) langgeng ila yaumil qiyamah.
º Untuk para guru/ustadz, sebelum mengajar hendaknya
bertawassul dan berdoa:
- Berdoa,
semoga pondok kita langgeng.
- Hidiyah al Fatihah kepada orang-orang ‘alim.
- Berdoa
kepada para pejuang (orang yang membaktikan diri pada pondok), semoga mendapat
manfaat atas amal sumbangsihnya.
- Berdoa,
semoga keluarga kita dan diri kita sendiri, mendapatkan semua.
- Semoga ilmu
yang diajarkan kepada para murid, ilmunya bermanfaat.
º Jadi, 3 hal ini sangat berkaitan, yaitu guru, murid, dan
madrasah (termasuk bangunannya). Ada guru tapi kalau tidak ada murid, tidak
mungkin bisa berjalan, begitu juga sebaliknya. Dari ketiga komponen itulah
(guru, murid dan madrasah), dalam rangka lillah.
º Kepada Pak Fatawi, Gus Miek pernah
berpesan, “Kulo titip pondok Mayak nggeh, senajan watune lincip-lincip, kedah
ngatos-ngatos!”
º Simaan Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin tidak untuk
tujuan dunia. Oleh karena itu, di dalam acara Simaan Al-Qur’an maupun Dzikrul
Ghofilin tidak ada ceramahnya. Apabila ada ceramahnya, dikhawatirkan jamah yang
datang bukan karena dzikir lillah, tetapi untuk mendengarkan isi ceramah
tersebut.
º “Nek dipangani halal, ati dadi empuk,” nasehat Pak
Wahono.
º Mbah Hasyim : “Atine awake dewe ojo sering-sering
diapusi.”
º Mbah Hasyim : “Nek neng omah, gak usah reno-reno,
engko lak digolekne batur.”
º Mbah Hasyim : “Awake dewe iki jarang nyembah
Pangeran, tapi nyembah nafsune dewe!”
º Mbah Hasyim : “Barang iku nek gampang sukses,
mengko gampang bubare.”
º Berikut ini adalah 3 pesan dari Mbah Hasyim :
1. Ngibadah sing tenanan, ojo tanggung-tanggung!
2. Taubat. Nek duwe doso, ndang njaluk ngapuro!
3. ……………….
º Ada orang yang menunda ibadah haji, karena
mempertimbangkan akan menata kehidupan anaknya terlebih dahulu dan juga karena
alasan lainnya. Terhadap alasan tersebut, komentar Mbah Hasyim, “Kok hebat men,
iso noto anak. Urusan noto anak iku urusane Pengeran.”
º Pernah, ada orang yang beralasan belum naik haji
karena tidak bisa membaca tulisan arab. “Opo arep pamer pinter!,” komentar Mbah
Hasyim. Ibadah haji yang penting adalah ikhlas, niatnya betul dan tidak riya’.
Adakalanya orang belum berani berangkat haji karena
masih banyak dosa dan masih bodoh. Terhadap alasan ini, menurut Mbah Hasyim,
bahwa justru dengan berhaji kita nyetorne doso. “Dosone digendong,
dipasrahne Allah. Gobloke diaturne neng Pengeran,” ucap Mbah Hasyim.
º Dalam ibadah haji yang terpenting adalah ikhlas Lillahi
Ta’ala.
Mbah Hasyim pernah mengatakan, kalau ada orang yang
tidak bisa membaca bacaan-bacaan haji, maka itu tidak apa-apa. Yang penting,
kalau bisanya hanya membaca al-Fatihah, ya membaca al-Fatihah. kalau bisanya
hanya membaca sholawat, ya membaca sholawat. Pernah, sambil bergurau Mbah
Hasyim mengatakan, “Nek gak iso moco, tetep moco, terus ora sesuai arti,
berarti gak lulus, tapi lolos!”
Jadi, ketika melakukan thowaf dan bisanya membaca
al Fatihah/sholawat, ya membaca al Fatihah/sholawat. Hal ini lebih baik
daripada memaksa membaca bacaan-bacaan haji, padahal tidak fasih, kemudian
terjadi kesalahan.
º Berjuang apa saja di masyarakat, sebelum
melakukannya, angan-anganlah (difikir-fikir) dulu dalam hati. Siapkan pada diri
kita, apabila ternyata tidak ada orang yang mau ikut perjuangan kita. Kalau
diri kita sudah siap dengan resiko yang akan terjadi, maka teruskanlah. Tetapi
bila kita tidak siap dengan resiko yang ada, maka jangan diteruskan.
º Berjuang/melakukan apa saja, lihatlah dengan
kacamata Malaikat. “Berjuang ngelakoni opo wahe, deloken nganggo koco Malaikat,”
pesan Mbah Hasyim.
º Mbah Hasyim pernah mengatakan, kalau bertani itu
barokahnya 95%, sedangkan berdagang hanya 5%. Tetapi kalau ingin cepat kaya,
maka berdagang pilihannya. Mengapa bertani lebih banyak barokahnya, karena
dengan bertani kita telah membuat senang makhluk Allah, seperti kodok, burung,
dan lain-lainnya.
º Ketika Mbah Hasyim melarang seseorang terjun ke
dunia politik, Mbah Hasyim sudah memikirkan dari sisi belakang maupun ke
depannya. Mbah Hasyim sendiri pernah terjun dalam dunia politik (sudah makan
asam garam dalam berpolitik), sehingga mengetahui akibat-akibat negatif terjun
berpolitik.
º “Polos, mulus, ojo enek unsure politik,” nasehat
Mbah Hasyim pada suatu kesempatan.
º Diantara pesan Mbah Hasyim sebelum meninggal
adalah, “Urip iki mor kanggo ngibadhah thok!”. Berdasarkan pesan Mbah Hasyim
tersebut, dapat dijelaskan bahwa, semua aktivitas yang kita lakukan sehari-hari
ini harus bernilai ibadah. Kesibukan kita, seperti bekerja, mulai dari pagi
hingga malam, masak hanya berbuah lelah saja? Maka dari itu, sungguh hal
yang sangat ironi, apabila pengorbanan kita dalam bentuk beraktivitas tadi
tidak bernilai ibadah.
º “Model opo wahe, akhirat nomer siji (menjadi apa saja, akhirat
nomer satu)”, diantara pesan Mbah Hasyim.
º Bagi Mbah Hasyim, ibadahlah yang nomor 1. Belajar
yang bagus adalah yang istiqomah.
º Waktu ke Jember bersama Pak Hermanto, Pak Tholib
diberi pesan oleh Gus Farid dengan sebuah nasehat Jowo “Sordonopes” (asor,
bodho, ino, apes). Jadi kalau ingin menjadi hamba yang mulia, harus merasa asor,
bodho, ino lan apes (rendah, bodoh, hina dan lemah).
º Semasa hidup, Mbah
Hasyim mewanti-wanti (mengingatkan) untuk tidak memberitahukan dan
menceritakan tentang nasabnya. ”Wis, saiki urusan awake dewe karo Gusti Alloh”
(sudah, sekarang urusan kita dengan Alloh). Maksud dari perkataan ”Urusane
dewe-dewe! Awake dewe iku milike Gusti Alloh” adalah bahwa nasib kita tidak
ditentukan oleh pendahulu-pendahulu kita, tetapi tergantung pada usaha kita
sendiri.
º ”Kene iki dudu pondoke wong sugih, tapi pondoke fuqoro’
masakin,” ucap Mbah Hasyim pada suatu kesempatan.
º Diantara pesan Mbah
Hasyim kepada para santri, untuk tidak mengamalkan apa-apa, kecuali yang ada
dipelajaran.
º Pernah Mbah Hasyim mengatakan, bahwa menekuni tirakat
ziarah ke makam, kudu siap mlarat.
º Pesan Mbah Hasyim, “Talenono weteng!”
º Luwe …. Aboto wareke wong liyo.
º Diantara pesan Mbah Hasyim kepada Pak Bachtiar
adalah agar mengamalkan puasa senin-kamis. “Poso senin kamis ojo ketinggalan,”
pesan Mbah Hasyim.
º ? Diantara pesan Mbah Hasyim, al Fatihah itu sudah
mencukupi (untuk kebahagiaan kita dunia akhirat).
º ? Diantara pesan Mbah Hasyim adalah mengamalkan doa
robbana….. Sebesar apapun dosa kita, akan ditulungi oleh Gusti
Allah.
º Santri : “Yai, kadosipun kulo niki pengen mondok
teng mriki, tapi kados pundi, tiyang sepah nyuwun kulo kapureh wangsul?.
Mbah Hasyim: “Mpun to kang, jenengan kok wangsul,
mboten nopo-nopo. Senaoso jenengan niku teng nggriyo, kulo anggep santri kulo.”
Santri : “Yai, pripun niki, kulo niki kaleh tiyang
sepah kapureh haji, lha kula taksih teng mriki?”
Mbah Hasyim: “Mpun to kang, jenengan mantepi,
syukur alhamdulillah, niku termasuk panggilan Allah. Wis tho, engko tak
dungakne. Neng kono sing tenanan. Sampean engko nek wis ngibadah haji, sholate
neng pesawat iku lihurmatil waqti. Lha engko sholato eneh, qodo’en!.
Neng kono gawean ajian mumpung. Mumpung neng Makkah lan Madinah, sing
tenanan!”
º Diantara pelajaran yang dapat kita petik dari
percakapan Mbah Hasyim dengan Pak Masyhudi di atas adalah :
- Walaupun sudah pulang, tetep dianggep
santri oleh Mbah Hasyim.
- “Shilaturrahmi kang! Senajan karo
dhulure, ojo sampek pisah.”
- “Nek dadi hakim, ngati-ngati kang
(ucapan Mbah Hasyim sewaktu mengaji ihya’, yaitu saat adanya pendaftaran
calon hakim)”
- “Agar ngopeni ati, yaitu
saat di pondok. Kalau tidak waktu di pondok, kapan lagi?”
º Tujuan Pondok Pesantren Darul Huda adalah berilmu,
beramal dan bertaqwa (mencari ridho Allah).
º Jadilah orang yang memberi zakat, jangan orang yang
diberi zakat.
º العلم في الصدور لا في السطور
ما هو الغالب: لطيفة جاخية الهية
وما يتوكل الا على الله
º Pulang dari pondok, iman harus kuat. Yang paling
penting, ilmu itu dapat menyinari dunia dan akhirat serta bisa menjernihkan
hati. (catatan pribadi koleksi Pak. Abbas Munasir, Prambon Dagangan
Madiun-1991)