Ads 468x60px

.

Sunday, October 30, 2011

Kwaruh lan Ngelmu


 Keutamaan adalah masalah pengetahuan, dan bila seorang diberi pengajaran tentang apa yang sebenarnya baik baginya, maka ia akan bertindak sesuai dengan keutamaan itu. Kita sebagai keturunan orang Jawa sudah seharusnya mengetahui warisan-warisan para leluhur. Para leluher sudah memberikan kita semua sebuah tirkah (warisan) berupa tuntunan norma dalam semua bidang, salah satunya ilmu pengetahuan yang bersifat objektif  (kwaruh). Kwaruh ini sangat esensial bagi generasi penerus untuk mencapai keberhasilan dalam mencari ilmu. Untuk mendapatkan ilmu seseorang harus memenuhi syarat-syaratnya, syarat-syarat tersebebut terjamakan dalam dalam sepuluh  strategi T, yakni: tekat (niat), teguh (gigih), taat (disiplin), tabah (berani dan sabar), taberi (rajin), telaten (tekun), tliti (teliti), tanggen (tahan, tidak mudah goyah), takonan (berani berbicara atau banyak membaca karya orang lain).


Namun, sepuluh T pun belum di anggap cukup, karena untuk mencapai tataran (jenjang) untuk menguasai ilmu pengetahuan subjektif  (ngelmu) maka harus ditambah satu T, yakni tirakat, laku prihatin. 

Dikatakan " ngelmu iku, kelakone kanti laku" maksudnya ilmu itu agar bisa merasuk kejiwa harus dilakukan.
Berkaitan denggan satu T, tirakat bisa dilakukan oleh seseorang dengan cara:


  • Mesubudi, maksudnya membersihkan pekerti, kelakuan atau tingkah laku dengan mengekang hawa nafsu dari semua sifat-sifat yang kurang baik.
  • Mesuraga, maksudnya membersihkan badan dari kotoran segala unsur negatif.

Melakukan keduanya bisa dengan cara mengurangi makan, minum, tidur, mengendalikan segala nafsu lahir maupun batin, serta meningkatkan kualitas Iman dan Takwa kepada Allah SWT. Itu semua di tempuh untuk: HAMEMASAH, HAMEMASUH TAJEMEMG QOLBU (mengasuh, mensucikan ketajaman hati), agar dapat mencapai KAWASKITANING CIPTA (intelegensi hati, batin dan ruh). 

Empat plus Satu Karakter Manusia Maju



ولدتك أمك وكنت باكيا ومن حولك يضحكون سرورا
 فاجتهد إذا خرجترمنها كن ضاحكا ومن حولك يبكون أسفا
 Dr Yusuf Qardhawi tokoh berpengaruh dalam dunia muslim menyitir sebuah hadits yang kurang lebih berbunyi: "Empat karakter yang membuat bangsa Romawi (Eropa) selalu lebih maju sampai akhir zaman, pertama, mereka lebih cerdas meski dalam kondisi terkena fitnah. kedua, cepat bangkit setelah jautuh. ketiga, cepat maju setelah mengalami kemunduran, dan keempat, terbaik dalam mu'amalah. Sementara satu tambahan karakter lagi yakni, tidak menerima dizhalimi (oleh penguasa)." (HR. Bukhari).
Karakter pertama, menjelaskan betapa orang-orang Eropa mimiliki tingkat pengendalian diri, emosi yang baik. Sehingga dalam hadits dikatakan meski dalam keadaan fitnah sekalipun mereka tetap rasional.
.
Karakter kedua, menjelaskan kemampuan recovery (pemulihan kembali dengan cepat)  yang dimiliki kebanyakan bangsa Eropa. Bandingkan saja bangsa yang sampai saat ini masih menyalahkan penjajah Belanda sebagai penyebab kesengsaraan. mungkin karena terlalu lama meratapi dan mengharap belas kasih agar bangsa lain mau menolong. Ini seperti anak kecil yang terjatuh ketika main lari-larian bersama temanya, ia tidak akan bangun sebelum seorang dari temanya mengasihi dan mengulurkan tangan. Sikap yang diambil temanya tak perlu dipermasalahkan, karena itu yang disebut empati. Tapi justru menunggu uluran tangan orang lain itulah yang berdampak sampai dewasa pun ternyata menjadi kebiasaan.